get app
inews
Aa Text
Read Next : IESR Sebut Media di Sumsel Harus Mampu Pahami Dinamika Transisi Energi di Indonesia

Dampak Debu Batubara di Desa Pangkalan Bulian dan Sako Suban, Kades: Kami sudah Sangat Sabar!

Minggu, 08 Oktober 2023 | 11:45 WIB
header img
Penampakan aktivitas di stockpile yang ada di Desa Pangkalan Bulian, Kecamatan Bayung Lencir, Rabu (4/10/2023) pekan lalu. Terlihat debu batubara berterbangan hingga ke perkebunan milik warga setempat. (iNewspalembang.id/ist)

SEKAYU, iNewspalembang.id – Desa Pangkalan Bulian, Kecamatan Bayung Lencir dan Desa Sako Suban, Kecamatan Batang Hari Leko, juga termasuk wilayah yang terdampak debu dari jalan (hauling) batubara yang dikelola PT Musi Mitra Jaya (MMJ).

Khusus di Desa Pangkalan Bulian, malah ada tiga stockpile milik PT Gorbi Putra Utama (GPU) dan PT Triariani. Namun stockpile milik PT GPU baru satu yang beroperasi, sedangkan satu lagi belum. Bisa dipastikan, selain debu dari hauling, warga Desa Pangkalan Bulian juga terdampak debu batu batubara.

Menurut Roisa, warga Dusun 2 Simpang Dayung, Desa Pangkalan Bulian Kecamatan Bayung Lencir, sudah bertahun-tahun merasakan Kesehatan mereka terganggu akibat dampak debu dari hauling batubara dan debu dari batubara itu sendiri.

“Rumah kami nih cuma 20 meter dari jalan (batubara) ini. Lah bertahun-tahun, kalau batuk, pilek dan lainnya itu seperti sudah biasa. Ini parah, tapi kami mau mengadu ke siapa,” ujar dia.

Peremuan yang memiliki dua anak yang biasa disapa Ro itu mengungkapkan, selama ini dan setiap hari, debu batubara yang muncul dan paling parah itu sekitar pukul 17.30 WIB hingga Tengah malam.

“Karena saat malam banyak mobil angkutan batubara yang melintas dan adanya pengaruh angin. Kalau siang hari juga ada debu tapi tak terlalu banyak,” ungkap dia.

Ro menceritakan, ada tetangganya yang baru melahirkan dan bayinya baru berumur 20 hari, mengalami sesak napas akibat terhirup debu batubara.

‘Setelah berobat, bayi itu langsung diungsikan orangtuanya dan memilih tinggal di kebun, untuk mencegah penyakit yang bisa membahayakan sang bayi lebih buruk lagi,” ungkap dia.

Roisa juga menceritakan, bagaimana setiap hari rumahnya penuh debu dan bila tidak cepat dibersihkan dengan cara disapu, maka debu yang masuk di rumah mereka akan lebih banyak.

“Makanya rumah warga disini termasuk kami pintunya selalu ditutup untuk mengurangi debu masuk. Kalau tidak ditutup, bisa tiap jam kita membersihkan lantai karena debu-debu itu,” keluh dia.

“Bukan hanya lantai, tapi juga alat-alat dapur dan makan juga dipenuhi debu. Piring dan gelas itu harus dilap dulu sebelum makan dan minum. Kemudian, air masak harus masuk dalam botol agar tak debuan,” imbuh dia.

Roisa berharap, paling tidak pihak pengelola jalan batubara dan perusahaan pemilik stockpile yang ada di Desa Pangkalan Bulian ini melakukan penyiraman secara rutin, khususnya sore hingga malam hari, agar debu jalan batubara bisa berkurang.

“Dari dulu bertahun-tahun tidak ada bantuan sama sekali dari pihak pengelola jalan batubara ini. Nyiram jalan juga jarang, apalagi mau memberi bantuan,” keluh dia.

Sementara terpisah, Kepala Desa (Kades) Sako Suban, Karnadi menyebut, bahwa dampak dari hauling batubara bagi masyarakat mereka sangat buruk sekali.

‘’terlebih pada musim kemarau ini, debunya sangat banyak. Kesehatan masyarakat jadi terganggu. Sementara penyiraman jalan batubara dari pihak perusahaan cuma sekedar atau tidak maksimal,” ujar dia.

Karnadi menjelaskan, seharusnya pihak-pihak terkait bisa menghadirkan solusi terhadap adanya jalan batubara ini. karena jangan nanti masyarakat terus dirugikan.

“Jalan batubara ini orang ambil hasilnya, namun imbasnya kepada masyarakat Desa Sako Suban. Masyarakat tidak dapat apa-apa selain debu. Ini yang kami rasakan saat ini,” jelas dia.

Karnadi menegaskan, bila kondisi ini terus menerus terjadi, maka jadi masyarakat akan marah. Karena, di Desa Sako Suban khususnya Dusun 6 yang penduduknya ada sekitar 50 KK, itu terdampak langsung jalan batubara.

Bukan hanya terdampak pada Kesehatan, tapi kebun warga juga ada ratusan yang terdampak debu jalan batubara ini. Mulai dari kebun jeruk, kebun kelapa sawit, kebun karet, sehingga produksi kebun warga itu menurun.

“Tak ada kompensasi dan toleransi untuk warga. Apalagi, hasil batubara itu bukan dari kabupaten tetangga, tapi dari wilayah kita sendiri yang diakui perusahaan dari kabupaten tetangga, terus dibawa melalui desa kita ini,” keluh dia.

Masyarakat dan Pemerintah Desa Sako Suban, kata Karnadi, sudah sangat sabar. Tentu pihaknya tidak ingin bila kesabaran masyarakat menjadi habis.

“Kami sudah sangat sabar. Koordinasi dari perusahaan pengelola jalan batubara ini juga tak begitu bagus. Saya selaku kepala desa hampir satu tahun ini tidak pernah ketemu untuk koordinasi,” tandas dia.

 

 

Editor : Sidratul Muntaha

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut