JAKARTA, iNewspalembang.id - Resepsi pernikahan putri pertama Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, Mutiara Annisa dan Ali Saleh dilaksanakan di aula Candi Bentar, Putri Duyung Resort Ancol, Pademangan, Jakarta Utara, Jumat (29/7/2022).
Sudah jelas, ada banyak pejabat negara yang hadir pada resepsi putri dari orang nomor satu di DKI Jakarta tersebut. Usai semua rangkaian resepsi berjalan lancar, Anies pun mencurahkan isi hatinya di akun media sosial (medsos) nya, saat terkenang lahirnya Mutiara Annisa, yang ketika itu Anies masih kuliah di Amerika Serikat.
“There’s two things I know for sure. She is sent here from heaven and she is Daddy’s little girl…”
Begitu syairnya. Saya tertegun. Diam mendengarkan lagu itu sampai selesai.
Sore itu di sebuah lorong di toko penjual mainan anak, saya sendirian mendengarkan dan menyimak syair lagu Butterfly Kisses yang diputar di toko itu. Tahunnya 1997, bulannya Mei di dekat College Park, Maryland, Amerika Serikat.
Beberapa hari sebelumnya Tia lahir. Ayahnya sedang kuliah Master di Univ of Maryland Amerika dan ibunya, Fery Farhati, di Indonesia melahirkan anak pertama.
Jauh dari tanah air, ayah baru itu merasakan kerinduan yang luar biasa, cuma bisa mendengar tangisan bayi itu lewat telepon dan baru bisa lihat fotonya lewat email beberapa hari kemudian.
Pulang dari toko tadi naik sepeda sambil bawa mainan untuk bayi pertama. Mainan itupun belum tahu kapan akan bisa diantarkan atau dikirimkan ke Indonesia, tapi paling tidak adanya mainan itu membuat ayah baru ini merasa lega, telah bisa membelikan sesuatu untuk anak pertamanya.
Setahun kemudian Fery dan Tia baru bisa menyusul ke Amerika. Alhamdulillah, dapat tambahan beasiswa sehingga mereka bisa bergabung. Hidup saat itu serba pas pasan.
Tia tumbuh sebagai anak yang semua mainnya adalah mainan bekas, hampir semua pakaiannya adalah pakaian bekas. Tapi ia selalu tampil ceria, percaya diri, menyapa semua dengan senyum dan lesung pipi seperti ibunya.
Sering kami ajak Tia ke toko mainan yang baru dan bagus, tapi hanya untuk ikut numpang main. Dia sudah diberitahu sebelum berangkat, bahwa nanti tidak akan beli dan Dia selalu jawab dengan senyum ceria, anggukan sumringah.
Itulah pengalaman buat dia, bahwa bisa mendapatkan kebahagiaan tanpa perlu memiliki. Ke perpustakaan lokal adalah kebahagian terbesar baginya: bermain dan eksplorasi.
“All the precious time. Like the wind, the years go by. Precious butterfly. Spread your wings and fly. She'll change her name today. She'll make a promise and I'll give her away. Standing in the bride-room just staring at her,”
Waktu berjalan amat cepat. Kini ia telah siap menempuh perjalanan barunya. Hari ini ia berjalan ke masa depan bersama Ali. Bersama pria pilihannya.
Hingga Kamis malam rutinitas Tia adalah sama. Menunggu ayahnya pulang tiap malam. Mendengarkan cerita dari ayahnya. Memeluk ayahnya tiap pagi, malam, dan kapanpun ia bisa. Ia mengalirkan cinta dan kasih sebagaimana ibunya mencontohkan.
“She is looking like her Mama. Little more everyday. One part woman, the other part girl,”
Kami semua bahagia, kami mendoakan. Insya Allah Tia dan Ali terus bahagia, terus dalam keberkahan Allah SWT. Seperti penutup syair lagu itu…
“I couldn't ask God for more, man this is what love is. I know I gotta let her go, but I'll always remember. Every hug in the morning and butterfly kisses…”
Editor : Sidratul Muntaha