PALEMBANG, iNewspalembang.id – Dari 12 kursi yang diraih Partai Golkar di DPRD Provinsi Sumsel pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024 ini, salah satunya adalah Lury Elza Alex SH, MKn, yang tak lain putri bungsu Alex Noerdin.
Seperti diketahui, kiprah politik seorang Alex Noerdin di Sumsel ini sudah sangat familiar. Terlebih dengan programnya yang membumi yakni sekolah dan berobat gratis. Alex Noerdin pernah menjabat Bupati Muba, Gubernur Sumsel dua periode (2008-2018), Ketua DPD Partai Golkar Sumsel tiga periode, serta jabatan lainnya.
Namun, sejak tersandung kasus hukum terkait dana hibah pembangunan Masjid Raya Sriwijaya beberapa waktu lalu, nama Alex Noerdin seolah tenggelam. Terlebih, putra sulungnya, Dodi Reza Alex yang saat itu menjabat Bupati Muba, juga ikut terseret ke masalah hukum soal kasus fee proyek di Kabupaten Muba.
Seiring waktu, berbarengan tokoh-tokoh lain yang tumbuh dan muncul di Sumsel, Lury Elza Alex yang tak terlalu menjadi perbincangan publik politik di Bumi Sriwijaya ini, pelan-pelan muncul hingga akhirnya memastikan satu kursi di parlemen Sumsel, setelah mendapatkan dukungan 22.058 suara.
Saat membagi cerita ini, Lury Elza menyampaikan, sebenarnya dari awal tidak terbersit baginya untuk menjadi calon legislatif (caleg), karena hanya ingin fokus ke profesi sebagai notaris.
“Tapi sebelumnya, mas Bobby Adhityo Rizaldi (Ketua DPD Partai Golkar Sumsel) bertanya ke saya, apa tidak ingin maju di Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024 ini. Karena tidak ada trah Alex Noerdin yang melanjutkan,” ujar dia.
Ketika itu, Lury mengaku walau pertanyaan yang dilontarkan Ketua DPD Golkar tersebut mungkin hanya biasa saja, tetapi tetap saja menjadi sebuah pemikiran tersendiri bagi dia.
“Ya apalagi Papa (Alex Noerdin) juga telah menyerahkan semuanya kepada saya, dalam artian terserah saya apakah mau terjun ke politik atau tidak,” ungkap dia.
Tak lama berselang, Lury kemudian berfikir, bahwa ada benarnya juga tawaran dari Ketua Golkar Sumsel. Namun memang, sebelum masa pencaleg-kan, setiap Lury turun ke daerah-daerah dan bila bicara tentang program, warga tetap berani ngomong bahwa program Alex Noerdin yang paling konkret.
Setelah yakin untuk maju sebagai caleg, Lury bukan mendapat daerah pemilihan (dapil) Palembang, Musi Banyuasin atau Lahat yang punya ikatan emosianal baginya. Namun diposisikan di dapil Sumsel VI, Muara Enim, PALI dan Prabumulih, yang belum pernah sama sekali dijangkauannya.
“Saya langsung turun ke dapil, melihat semua dan apa yang terjadi di Muara Enim, PALI dan Prabumulih. Dari tiga wilayah tersebut, saya menemukan hal yang membuat itu menjadi tugasnya nanti,” jelas dia.
Karena ada satu desa di Kecamatan Rambang Niru, Muara Enim yang belum memiliki sarana sekolah SMA, hingga para orang tua harus menyekolahkan anaknya di SMA yang ada di wilayah di Prabumulih.
“Ini menjadi pekerjaan rumah bila saya duduk di parlemen nanti. Ya kalau bisa inginnya sih bisa duduk di Komisi V yang bermitra dengan pendidikan,” kata dia.
Saat disinggung, apakah nanti ada program-program titipan dari sang mentor yang tak lain ayahnya sendiri yakni Alex Noerdin? Lury menuturkan, bahwa selalu berdiskusi dan konsultasi dengan sang ayah.
“Beliau (Alex Noerdin) selalu mengingatkan, tidak ada manusia yang tidak membutuhkan manusia lain. Itu penekanannya. Kalau untuk program, tentu untuk ada ya langsung dari beliau,” tutur dia.
Lury melanjutkan, dari yang diingatkan sang ayah, bahwa jadi atau tidak jadi dalam pencalonan ini tetap saja ada orang yang tidak suka. Makanya, sambung dia, lebih enak kalau bisa jadi.
Sebagai pengganti trah sang ayah, Lury mengakui akan menikmati perannya sebagai wakil rakyat dan politisi perempuan Partai Golkar dengan senang.
“Saya bukan ancaman dan saya bukan seorang yang terlalu berambisi. Saya akan selalu mendorong siapapun figur yang unggul,” tandas dia.
Editor : Sidratul Muntaha