PALEMBANG, iNewspalembang.id – Pilkada Serentak 2024 di Kabupaten Muba hingga hari ini masih tetap terpatron pada tiga nama kandidat kuat, yakni Beni Hernedi, Lucianty dan Apriyadi Mahmud.
Ketiga tokoh tersebut memang sudah tak asing lagi di lingkaran masyarakat di Bumi Serasan Sekate. Beni Hernedi pernah menjabat Wakil Bupati Muba dua periode dan Plt Bupati Muba, Apriyadi Mahmud saat ini masih menjebat sebagai Penjabat (Pj) Bupati Muba dan Lucyanti adlaah Ketua PKN Pimda Sumsel dan juga istri dari Almarhum Pahri Azhari (eks Bupati Muba)
“Saya pikir bila Pak Apriyadi yang ingin mencalonkan diri sebagai bupati ya bagus. Ibu Luci juga bagus, kami bertiga ini orang-orang yang berpengalaman,” ujar Beni Hernedi, Sabtu (13/4/2024).
Menurut Beni, bahwa semua bisa digilirkan oleh keadaan dan takdirnya masing-masing. Lucianty pernah menjadi istri Bupati Muba, Apriyadi diberi kesempatan menjadi Pj Bupati Muba dan Beni sendiri dua kali menjadi Wakil Bupati Muba.
Hanya saja, sambung dia, kalau bisa mereka bertiga tersebut disikapi rakyat Muba dengan betul-betul memilih yang terbaik. Mulai dari ide dan gagasan, seperti apa yang terbaik untuk Kabupaten Muba.
“Mereka berdua ini (Apriyadi dan Lucyanti) menurut saya berpeluang. Ya karena tidak bisa pula mengklaim bahwa Beni Hernedi yang paling berhasil, atau Pak Apriyadi yang paling berhasil dan Ibu Luci juga yang paling berhasil, kan tidak bisa seperti itu,” kata dia.
Ketua DPC PDI Perjuangan Muba itu menyebut, bahwa semua ada waktunya. Bagi Apriyadi saat ini masih menjadi Pj Bupati Muba ya beda, namun tetap saja dia punya kesempatan. Sehingga memang secara tidak langsung dan seolah-olah menjadi incumbent.
“Karena Pak Apriyadi sendiri mendapat kesempatan menjadi Pj Bupati Muba itu dua tahun, namun orang juga bisa menilai kepemimpinannya. Sama seperti Beni Hernedi yang juga dinilai rakyat, bukan lagi dua tahun tapi dua periode,” ungkap dia.
Terhadap Pilkada Muba nanti, jelas Beni, bahwa dia sudah punya pengalaman, dan tantangan yang paling berat kedepan itu, bagaimana untuk mendapatkan suara, kaitannya dengan biaya-biaya yang dikeluarkan, jangan terlalu tinggi.
Kalau biaya tinggi, maka akan menjadi beban bila si calon itu terpilih. Ibaratnya yang bersangkutan itu ada utang tentu harus dibayar. Kemudian, kalau ada komitmen juga komitmen itu yang harus dibayar.
“Pertanyaannya, ya kalu dak katek duit dak usah nyalon. Tapi di pemilihan langsung ini jugakan katanya suatu jaminan bahwa walaupun tidak ada duit masih bisa dipilih rakyat,” jelas dia.
“Itulah gunanya pemilihan langsung itu. Ya, kalau boleh jujur, saya ini underdog diantara dua calon itu dan saya tidak malu mengatakan itu. Alasannya, karena saya ini memang apa adanya dan tidak punya duit. Lihat saja harta kekayaan saya,” imbuh dia.
Beni berharap, mudah-mudahan nanti semuanya bisa dijawab dan dibantu, didukung oleh orang-orang yang mau menjadi tim atau relawan-relawan yang mau berjuang bersama, gotong royong.
“Kalau pun ada bantuan, dukungan dan sumbangan, tentu mereka-mereka yang memiliki visi yang sama dengan kita, serta menginginkan perubahan dan ingin kepala daerahnya membangun Kabupaten Muba secara utuh,” tandas dia.
Editor : Sidratul Muntaha