JAKARTA, iNews.id - Jumlah korban meninggal akibat bencana erupsi Gunung Semeru bertambah menjadi 51 jiwa. Petugas juga mencatat lima potongan tubuh ditemukan di lokasi terdampak.
Plt Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari mengungkapkan, berdasarkan data Pos Komando (Posko) Tanggap Darurat Erupsi Gunung Semeru per 21 Desember 2021, pukul 18.00 WIB mencatat, korban meninggal bertambah satu jiwa lagi sehingga total korban meninggal dunia menjadi 51 jiwa.
"Penambahan korban tersebut dari warga yang sebelumnya dirawat akibat luka bakar. Selain jumlah korban meninggal, Posko mencatat lima potongan tubuh ditemukan di lokasi terdampak," kata Abdul Muhari, dilansir dari situs BNPB, Kamis (23/12/2021).
Untuk jumlah warga mengungsi berjumlah 10.395 jiwa tersebar di 410 titik pengungsian. Pengungsian terkonsentrasi di tiga kecamatan, yaitu Pasirian 17 titik dengan 1.746 jiwa, Candipuro 21 titik 4.645 jiwa dan Pronojiwo 8 titik 1.077 jiwa.
Ia menjelaskan, sebaran titik pengungsi teridentifikasi di Kabupaten Lumajang, di Kabupaten Malang sembilan titik 341 jiwa, Blitar satu titik tiga jiwa, Jember tiga titik 13 jiwa dan Probolinggo satu titik 11 jiwa.
"Posko terus memutakhirkan data pengungsian akibat dampak erupsi Semeru," ucap dia.
Menurutnya, di masa tanggap darurat perpanjangan kedua ini, salah satu prioritas posko yaitu penyiapan lahan relokasi. Pihak Posko dan pemerintah daerah menyiapkan lahan untuk pembangunan hunian sementara (huntara).
Dua lokasi telah dipilih menjadi relokasi warga terdampak erupsi, yaitu di Desa Sumbermujur di Kecamatan Candipuro dan Desa Oro-Oro di Kecamatan Pronojiwo. Lokasi relokasi telah mendapatkan persetujuan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui surat keputusan Nomor 1256/MENLHK/SETJEN/PLA.2/12/2021. Area yang diperuntukkan untuk relokasi seluas total 90,98 hektar.
Seperti diketahui, erupsi Gunung Semeru terjadi pada awal Desember 2021 lalu menyisakan dampak korban jiwa, kerusakan fisik maupun pengungsian. Korban luka-luka akibat awan panas guguran masih mendapatkan perawatan intensif di fasilitas kesehatan hingga saat ini.
Editor : Agustian Pratama