JAKARTA, iNewspalembang.id – Banyak orang yang belum mengenal tentang sosok dibalik aplikasi WhatsApp yang sehari-hari dipakai sebagai media komunikasi di telepon seluler (ponsel) android.
Ternyata, pendiri WhatsApp yakni, Jan Koum, sebelum menjadi seorang milarder di Amerika Serikat dengan kekayaan mencapai USD 9,1 miliar menurut Forbes, pernah merasakan hidup susah.
Dahulunya, Jan Koum pernah menjadi tukang sapu, yang kondisinya sangat berbeda dengan keadaan dari masa jayanya saat ini.
Lahir di Kyiv, Ukraina pada 24 Februari 1976 lalu, Koum memiliki latar belakang kehidupan yang cukup memprihatinkan. Seperti apa perjalanan hidup Jan Koum selengkapnya?
Kisah Jan Koum, Pendiri WhatsApp yang Pernah Jadi Tukang Sapu
Dikutip dari The Famous People, Jan Koum yang berasal dari keluarga Yahudi pindah ke Amerika saat berusia 16 tahun. Pada usia tersebut, Jan Koum bersama ibu dan neneknya memutuskan bermigrasi ke Amerika Serikat untuk menghindari konflik anti-Yahudi yang tengah terjadi di Ukraina.
Di AS, keluarga Koum tinggal di sekitar Mountain View. Sayangnya, sang ayah jatuh sakit dan tidak bisa menyusul ke AS hingga akhirnya meninggal pada 1997.
Demi memenuhi kebutuhan hidup, ibu Koum bekerja sebagai pengasuh anak, sedangkan Koum menjadi penyapu toko. Belajar pemrograman secara Otodidak, Jan Koum mulai tertarik dengan pemrograman saat ia duduk bangku sekolah menengah.
Koum pun mempelajari pemrograman komputer dari buku-buku bekas. Bermula dari belajar secara otodidak, Jan Koum bahkan pernah bergabung dengan kelompok hacker bernama woowoo saat masih sekolah.
Lulus SMA, Koum kemudian melanjutkan pendidikannya di San Jose University. Saat menjadi mahasiswa, Koum bekerja sebagai penguji sistem keamanan komputer di Ernst & Young dan Yahoo, guna memenuhi kebutuhan hidup dan biaya kuliah. Namun, pada tahun 2007 Koum memutuskan untuk drop out dan memilih fokus untuk bekerja.
Awal Mula Terciptanya WhatsApp
Saat bekerja di Yahoo, Jan Koum bertemu dengan Brian Acton yang juga merupakan karyawan Yahoo. Keduanya bekerja bersama di Yahoo selama 9 tahun.
Selama ini mereka tidak hanya menjadi teman baik, tetapi juga menyadari minat mereka bersama di dunia media sosial yang berkembang pesat. Namun, Yahoo tidak menawarkan mereka kesempatan untuk menjelajahi media sosial, sehingga mereka berhenti dari pekerjaan mereka pada tahun 2007.
Setelah keluar dari Yahoo, Koum melamar kerja di facebook, sedangkan Acton melamar di Twitter. Sayangnya, dua sahabat ini sama-sama ditolak. Setelah ditolak Facebook pada 2009, Koum mulai berpikir untuk merintis aplikasi buatannya sendiri.
Ide tersebut muncul saat ia membeli iPhone yang saat itu tengah mengalami ketenaran. Saat membuka App Store, Koum melihat potensi besar untuk menciptakan aplikasinya sendiri.
Koum kemudian menghubungi Brian Acton dan mengemukakan idenya ini. Kedua pria ini kemudian mendirikan perusahaan yang diberi nama WhatsApp Inc pada 2009.
WhatsApp jadi Aplikasi Pesan Singkat Terpopuler
Jan Koum dan Brian Acton meluncurkan WhatsApp Messenger pada awal 2010. Di masa awal pendiriannya, Whatsapp hanya diunduh oleh sekitar 25 orang yang tak lain adalah teman-teman Koum sendiri.
Kemudian, seiring berjalannya waktu, aplikasi ini kian banyak diunduh oleh pengguna. Pada bulan-bulan awal Februari 2013, WhatsApp telah memiliki sekitar 200 juta pengguna aktif.
Meningkatnya popularitas WhatsApp ini turut menarik perhatian Mark Zuckerberg yang kemudian mengakuisisinya sebesar USD 19 miliar pada tahun 2014. Saat ini, WhatsApp menjadi aplikasi pesan instan paling populer sedunia.
Editor : Sidratul Muntaha