get app
inews
Aa Text
Read Next : Siswa SD di Palembang Diduga Keracunan Usai Santap MBG, Ketua DPRD Sumsel: Harus Dievaluasi Total

Buntut Banyaknya Murid Keracunan Usai Makan MBG, Badan Gizi Nasional Ingatkan Ritme Kerja SPPG Baru

Kamis, 25 September 2025 | 20:06 WIB
header img
SPPG TPH Sofyan Kenawas di Kecamatan Gandus, Palembang, yang baru diresmikan Selasa (23/9/2025). BGN mengingatkan seluruh SPPG baru untuk memberbaiki pola masak. (iNewspalembang.id/ist)

JAKARTA, iNewspalembang.id – Maraknya siswa yang menjadi korban keracunan usai menyantap menu dari Program Makanan Bergizi Gratis (MBG), langsung ditanggapi Badan Gizi Nasional (BGN).

Kepala BGN, Dadan Hindayana langsung menginstruksikan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang baru beroperasi sebulan terakhir memperbaiki pola memasak.

Karena, sambung Dadan, dari hasil investigasi awal, pihaknya menemukan insiden keracunan disebabkan proses memasak yang dilakukan terlalu dini. Kondisi itu justru mengakibatkan makanan disimpan terlalu lama sebelum akhirnya didistribusikan.

“Keterangan awal menunjukkan bahwa SPPG itu memasak terlalu awal sehingga masakan terlalu lama tersimpan,” ujar dia dalam keterangan resminya seperti dikutip pada Kamis (25/9/2025).

Jadi, tegas Dadan, pihaknya sudah menginstruksikan para dapur SPPG yang baru, untuk memastikan proses memasak hingga distribusi MBG tidak lebih dari empat jam.

“Kami minta agar mereka mulai memasak di atas pukul 01.30, agar jarak antara proses memasak dan pengiriman tidak lebih dari empat jam,” tegas dia.

Ritme memasak dan distribusi, ungkap Dadan, merupakan kunci utama menjaga kualitas dan keamanan makanan. Bagi SPPG yang sudah lama beroperasi, umumnya telah menemukan pola kerja yang efektif.

Kondisi berbeda bagi SPPG baru, yang kerap kali terlalu khawatir makanan tidak selesai tepat waktu, sehingga mulai memasak terlalu pagi. Sebagai solusi, SPPG baru diinstruksikan agar menerapkan sistem bertahap dalam melayani sekolah.

“Ketika memulai, mereka sudah punya daftar penerima manfaat. Katakanlah 3.500 di 20 sekolah, saya meminta agar mereka di awal-awal melayani dua sekolah dulu, kemudian setelah terbiasa baru naik ke empat sekolah setelah itu naik lagi ke 10 sekolah,” ungkap dia.

Berikutnya, jelas Dadan, setelah bisa menguasai proses termasuk antara masak dan delivery-nya bisa tepat waktu dengan jumlah yang tertentu, baru bisa memaksimalkan jumlah penerima manfaat.

Berdasarkan data BGN sejak Januari hingga 22 September 2025, ada 4.711 kasus keracunan MBG. Dari data tersebut, kasus keracunan paling banyak terjadi di Pulau Jawa.

BGN membagi 4.711 kasus tersebut ke tiga wilayah, yakni wilayah I mencapai 1.281 kasus, wilayah II mencapai 2.606 kasus, dan wilayah III meliputi 824 kasus. Banyaknya kasus keracunan ini, membuat sejumlah pihak mengusulkan agar MBG dievaluasi total hingga dihentikan.

 

Editor : Sidratul Muntaha

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut