JAKARTA, iNewspalembang.id – Cedera di bagian lutut hingga ke kaki, kerap kali menjadi bagian dari risiko berolahraga, seperti lari, bersepeda, sepakbola hingga yang lainnya.
Cedera tersebut kadang terjadi di luar perkiraan, meski sebelumnya telah melakukan perenggangan otot atau pemanasan. Sekalipun, bagi orang-orang yang sudah terbiasa berolahraga.
Menurut spesialis kedokteran olahraga, dr Dhika Respati, terjadinya cedera bisa terjadi jika pegiat jarang latihan. Bisa saja karena berhenti latihan selama dua minggu, itu akan menyebabkan massa otot menyusut dan terjadi penurunan detak jantung.
Olahraga yang dipaksakan, sambung dia, tanpa persiapan membangun muscle ototnya kembali, jadi tak hanya performa olahraga yang menurun tapi risiko bahayanya bisa mengakibatkan gagal jantungi.
“Disaranakan, jika sudah lama rehat, kemudian mau kembali berolahraga, sebaiknya mempersiapkan tubuh mendekati ke kondisi semula. Salah satunya, dengan melakukan pemeriksaan kesehatan tubuh atau assessment pribadi,” ujar dia.
Nah biasanya risiko cedera ini, ungkap spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, dr Andreas Ricky, terjadi pada area ACL yaitu peregangan berlebih, atau bahkan robekan yang terjadi pada anterior cruciate ligaments (ACL), salah satu ligamen utama di lutut.
Karena, kata dia, memang dari daerah penopang tubuh yang banyak mengalami cedera seperti lutut, panggul, paha, dan lutut.
“Biasanya cabang olahraga yang banyak rentan kebanyakan di sepakbola, futsal, dan bela diri. Kalau untuk olahraga lari dan sepeda belum terlalu banyak," ungkap Andreas.
Berbeda lagi apa yang diutarakan Direktur Utama PT Welspro Inspirasi Utama dr Agus Chairul Anab, bahwa kesadaran masyarakat Indonesia tentang pentingnya hidup sehat semakin meningkat.
"Olahraga sudah menjadi trend dan lifestyle masa kini. Masyarakat bukan hanya sekadar berolahraga, tetapi mereka juga mengeksplor diri bagaimana meningkatkan health and performance balance dengan berbagai teknik olahraga yang mereka lakukan," kata dia
Menurut dia, parameter seperti pase berlari, power, bikefitting, ukuran sepeda, sudah menjadi perbincangan umum bagi mereka yang memiliki antusiasme tinggi untuk berolahraga.
Mereka inilah yang marak saat ini disebut sebagai sport enthusiasts. Hal ini lanjutnya, tentunya merambah terhadap dunia usaha dan bisnis yang bergerak di bidang kesehatan.
Namun bedanya, tren ini bukan cenderung untuk memfasilitasi mereka yang sakit, tetapi justru mereka yang sehat yang memiliki keingintahuan dan kesadaran lebih untuk meningkatkan performance olahraga mereka.
"Kebutuhan masyarakat untuk mengerti tentang cara berolahraga yang tepat dan mendapatkan guidance dari expertssecara komprehensif sangatlah penting, apalagi bagi mereka yang mengalami kondisi khusus seperti cedera atau penyakit lainnya," ujar dr Agus.
Oleh karena itu, dia menambahkan, Welspro, sebagai wellness clinic yang bergerak di bidang Sport Performance and Injury Management, hadir untuk memfasilitasi pelayanan ini.
Komisaris Utama PT Welspro Inspirasi Utama dr. Edi Mustamsir mengatakan, selama pandemi 2-3 tahun belakangan ini, kesadaran masyarakat akan health lifestyle tinggi. Terutama pasca-pandemi. Banyak orang yang rutin berolahraga.
"Running dan bicycle lagi tinggi. Ini sangat baik. Tapi mereka juga harus tahu olahraga yang baik bagaimana. Tujuannya untuk mencegah cedera dan melatih sport training. Makanya kita ingin jadi partner. Bukan hanya bagi yang sakit. Tapi bagi yang sehat juga," kata dr Edy.
dr Edy menambahkan, Welspro menjunjung tinggi prinsip client centric (personal wellness management) dan juga kolaborasi dalam team. Keberhasilan program setiap individu client menjadi prioritas utama.
Setiap tahap pelayanan client akan didampingi secara khusus prosesnya oleh client manager. Client yang datang mendapatkan general assessment diawal oleh dokter umum, dan kemudian dilanjutkan oleh tim dokter spesialis serta terapi penunjang.
Dia menjelaskan, berbeda dengan klinik lain, health evaluation and management hingga performance enhancement dilakukan secara kolaboratif dengan melibatkan dokter Spesialis Kedokteran Olahraga (SpKO), Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (SpKFR), Orthopedi dan Traumatologi (SpOT), Gizi Klinis (SpGK), fisioterapi dan spesific coach sesuai dengan cabang olahragannya.
"Pemeriksaan yang diberikan juga didukung sejumlah piranti dengan teknologi canggih seperti Huber, Motion Analysis, footscan analysis, Cardiopulmonary Exercise Test (CPET), Virtual Games, Isokinetics, Body Composition dan lain sebagainya sehingga hasil pemeriksaan dan juga tindakan yang dilakukan mendapatkan hasil yang akurat," tandas dia.
Artikel ini telah tayang di www.inews.id dengan judul "Hobi Olahraga Sepeda dan Lari? Kenali Risiko Cedera hingga Cara Penanganannya"
Klik untuk baca: https://www.inews.id/lifestyle/health/hobi-olahraga-sepeda-dan-lari-kenali-risiko-cedera-hingga-cara-penanganannya/2.
Editor : Sidratul Muntaha