JAKARTA, iNewspalembang.id – Menteri Lingkungan Hidup (LH), Hanif Faisol Nurofiq menyebut, bahwa dari laporan ada potensi dampak kerusakan lingkungan dari aktivitas penambangan nikel.
“Itu memang terjadi potensi, terjadinya pencemaran kerusakan lingkungan hidup dan landscape yang terganggunya Biodiversity di Raja Ampat,” ujar dia, saat konferensi pers di Jakarta, Minggu (8/6/2025).
Pihaknya, kata Hanif, dalam waktu dekat bakal menuju Raja Ampat, untuk meninjau langsung dampak kerusakan lingkungan dari aktivitas penambangan nikel tersebut.
"Kami dan beberapa tim akan menyusul ke sana untuk melihat langsung kondisi fisik sebagaimana yang telah dilakukan Bapak Menteri ESDM, sehingga kita mendapat gambaran konkret terkait dengan permasalahan yang ada di Kabupaten Raja Ampat ini,” kata dia.
Berdasarkan hasil penelitian, ungkap Hanif, wilayah Raja Ampat itu sekitar 75 persen spesies koral di seluruh dunia tumbuh di wilayah tersebut. Hal ini sangat penting untuk menjaga ekosistem di laut.
Kemudian, sambung dia, wilayah yang 97 persen adalah kawasan hutan lindung juga dihidupi berbagai macam spesies flora dan fauna.
“Ini menunjukkan pentingnya status hutan ini untuk yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk melindungi Biodiversity di Raja Ampat ini dengan sangat bersama,” ungkap dia.
Seperti diketahui, bahwa ada 5 perusahaan yang melakukan aktivitas penambangan nikel di Raja Ampat dan mengancam keberlangsungan ekosistem di darat maupun di laut. Nah, 4 dari 5 perusahaan tersebut berada di lokasi yang dilaporkan masyarakat mengancam kerusakan lingkungan serius.
Keempat perusahan tersebut yakni, PT Gag Nikel yang melakukan aktivitas penambangan di pulau Gag, PT Anugerah Surya Pratama (ASP) melakukan aktivitas penambangan di pulau Manuran, PT Mulia Raymond Perkasa (MRP) melakukan aktivitas penambangan di Pulau Batang Pele, dan PT Kawei Sejahtera Mining (KSM) melakukan aktivitas tambang di Pulau Kawe.
Editor : Sidratul Muntaha
Artikel Terkait