LAMPUNG SELATAN, iNewspalembang.id – Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) di wilayah Lampung kembali dipadati pengguna jalan, setelah ada kenaikan tarif pada Jalan Tol Trans Sumatera ruas Bakauheni-Terbanggi Besar.
Ketika tahu ada kenaikan tarif di sejumlah ruas Jalan Tol Trans Sumatera, khususnya Bakauheni–Terbanggi Besar yang resmi diberlakukan sejak November 2025 lalu, pengguna jalan bereaksi dengan memilih menekan biaya dan ongkos logistik.
Badan Usaha Jalan Tol menyebut, penyesuaian tarif itu dilakukan untuk menjaga kelayakan operasional serta perawatan infrastruktur. Hanya saja, kondisi di lapangan menunjukkan dampak langsung dari kebijakan itu.
Jelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru), justru kawasan Jalinsum kembali dipadati kendaraan, mulai dari truk logistik hingga kendaraan pribadi. Kondisi terbalik terpantau di Jalan Tol Trans Sumatera yang relatif lebih sepi.
Ramainya pengguna jalan beralih ke ruas Jalinsum, malah membuat arus lintas di kawasan tersebut mengalami kemacetan pada sejumlah titik rawan. Khusus jam-jam tertentu, antrean kendaraan bahkan tak terhindarkan, sehingga memperlambat waktu tempuh perjalanan.
Kepadatan di Jalinsum ini juga meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas. Infrastruktur jalan nasional yang tidak dirancang untuk menampung beban kendaraan berat secara masif kini kembali menjadi tulang punggung utama arus logistik.
Menurut Handoko, salah satu sopir truk, mengaku keberatan dengan kenaikan tarif tol. Padahal, Jalan Tol Trans Sumatera dibangun untuk mempercepat pergerakan barang dan orang, sekaligus menekan biaya logistik nasional.
“Tarif tol terlalu mahal. Bakauheni-Kayuagung Rp700 ribu lebih, sebelumnya hanya Rp600.000 sekian. Sudah gitu, kondisi jalannya rusak banyak yang berlubang,” ujar dia, Kamis (18/12/2025).
Selain soal tarif tol, para sopir truk pun mengeluhkan kelangkaan bahan bakar minyak jenis solar di Pulau Sumatra. Untuk mendapatkan solar, mereka harus mengantre di SPBU hingga enam jam, bahkan ada yang mencapai satu hari penuh.
“Tarif tolnya mahal tadi di Sidomulyo Rp100.000 lebih. Kalau buat sopir mahal tarif seitu, tidak cukup untuk biaya sopir. Solarnya juga susah. Tadi sampai ngantri lama,” timpal sopir truk lainnya, Iqbal.
Terhadap keluhaan tersebut, pemerintah dan pengelola jalan tol mengungkap, kenaikan tarif telah sesuai dengan regulasi yang berlaku. Meski demikian, desakan untuk melakukan evaluasi terus menguat.
PT Jasa Marga (Persero) Tbk akan memberi diskon tarif tol sebesar 20 persen di delapan ruas tol pada periode libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025/2026.
Diskon tarif tol ini mencakup sejumlah ruas strategis di Trans Jawa, Trans Sumatra dan Sulawesi, di antaranya Jalan Tol Jakarta-Cikampek, Jalan Layang MBZ, Jalan Tol Palimanan-Kanci, Jalan Tol Batang-Semarang, Jalan Tol Semarang Seksi A, B, C. Kemudian, Jalan Tol Belawan-Medan-Tanjung Morawa (Belmera), Jalan Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi (MKTT) dan Jalan Tol Manado-Bitung.
Sementara, Direktur Utama Jasa Marga, Rivan Achmad Purwantono menjelaskan, bahwa stimulus diskon tarif tol 20 persen di Trans Jawa dan Trans Sumatra akan diterapkan selama 3 hari (22, 23, 31 Desember 2025). Sementara, khusus Jalan Tol Manado-Bitung diterapkan 20 hari atau 22 Desember 2025-10 Januari 2026.
Diskon tarif tol ini, sambung dia, akan berlaku bagi semua golongan kendaraan untuk pengguna jalan yang melakukan perjalanan menerus dengan menggunakan kartu tol elektronik.
“Stimulus diskon tarif tol ini diharapkan dapat meringankan beban biaya perjalanan bagi para pengguna jalan tol, serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional,” jelas dia dalam keterangannya, Rabu (17/12/2025).
Editor : Sidratul Muntaha
Artikel Terkait
