JAKARTA, iNews.id - Presiden Jokowi membuka rapat kerja nasional ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) tahun 2022, dan
Profesor Arif Satria terpilih menjadi Ketua Umum ICMI periode 2021-2026.
Presiden hadir secara virtual pada acara Pengukuhan Majelis Pengurus Pusat ICMI dan Peresmian Pembukaan Rapat Kerja Nasional ICMI Tahun 2022, dari Istana Kepresidenan Bogor, Sabtu (29/1/2022).
Presiden mengatakan, acara pengukuhan majelis pengurus pusat ICMI dan rapat kerja nasional ICMI tahun 2022, digelar untuk menjalankan amanah muktamar ICMI ke-7 yang digelar pada 4-6 Desember 2021 lalu. Presiden mengucapkan selamat kepada Profesor Arif Satria yang terpilih menjadi Ketua Umum ICMI periode 2021-2026, dan para pengurus ICMI yang terpilih lainnya.
“Tantangan yang kita hadapi, termasuk yang dihadapi ICMI ke depan semakin tidak ringan. Namun, saya yakin, ICMI sebagai wadah cendekiawan, akan selalu mampu menemukan cara-cara baru, strategi-strategi baru, dalam menghadapi tantangan dan perubahan dunia yang sangat cepat saat ini,” kata Presiden.
Presiden menuturkan, terkait tema acara yakni Transformasi ICMI Menuju Indonesia Emas 2045, pemerintah juga tengah bekerja keras mewujudkan transformasi di berbagai bidang.
"Kontribusi ICMI dalam transformasi Indonesia ini sangat kami harapkan, sangat kami butuhkan, untuk bersama-sama membangun Indonesia Maju yang kita cita-citakan,” ucap Presiden Jokowi.
Ia yakin ICMI memiliki kapasitas besar untuk berkontribusi, salah satunya berupa gagasan pemikiran. "Bukan hanya menjadi role model Islam rahmatan lil alamin, tetapi juga kontribusi profesional sesuai keahlian masing-masing untuk menjamin kemajuan Indonesia maju,” kata Presiden.
Sementara itu, Profesor Arif mengatakan, pada 4-6 Desember 2021 telah dilangsungkan Muktamar ICMI ke-7 yang menghasilkan formatur dan sejumlah program kerja serta rekomendasi.
“ICMI memiliki tujuan mewujudkan tata kehidupan masyarakat madani yang diridai Allah, dengan meningkatkan mutu keimanan dan ketakwaan, pemahaman dan pengamalan ajaran Islam, serta kecendekiawanan dan peran serta cendekiawan muslim se-Indonesia," kata Arif.
Menurutnya, ICMI bekerja atas nafas keislaman, keindonesiaan, dan kecendekiawanan. Dimensi keislaman menuntut ICMI mampu menerjemahkan nilai-nilai universal Islam dalam konteks ruang Indonesia khususnya, dan dalam koteks zaman sekarang.
“Dimensi keindonesiaan menuntut kita menyadari bahwa kita ditakdirkan Allah, lahir dan hidup di tanah air Indonesia yang beragam suku, tradisi, dan agama," ucap Arif.
Ia menegaskan, ICMI bertekad berperan dalam membina satu negara kesatuan yang berbentuk republik berdasarkan Pancasila. Dimensi kecendekiawanan menuntut ICMI menjadikan anggotanya menjadi sosok ulul albab yang terus menyeimbangkan antara zikir dan pikir untuk kemaslahatan.
Editor : Agustian Pratama