get app
inews
Aa Read Next : Dampak Bencana Banjir di Muba, TMA di Sebagian Jalan Lintas Kabupaten masih Mencapai 60 cm

Puluhan Tahun Warga Pulai Gading Terdampak Debu Batubara, Pengelola Hauling Hanya Bersikap Begini

Selasa, 03 Oktober 2023 | 18:25 WIB
header img
Sisa batubara berbentuk garis hitam yang mencemari Sungai Lalan atau di sekitar dermaga dan stockpile batubara di Desa Pulai Gading, Kecamatan Bayung Lencir. (iNewspalembang.id/ist)

PALEMBANG, iNewspalembang.id – Terhitung sejak tahun 2011 lalu, Desa Pulai Gading, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Muba, sudah menjadi perlintasan angkutan batubara dari perusahaan penambang yang ada di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara).

Hal itu karena posisi Desa Pulai Gading ini berada persis di bibir Sungai Lalan dan lokasi Pulai Gading sendiri menjadi tempat dermaga (Jetty) dan stockpile batubara dari sejumlah perusahaan penambang batubara di Muratara tersebut.

Kepala Desa (Kades) Pulai Gading, Sulaiman, didampingi Sekretaris Desa (Sekdes), Joni S menyampaikan, berdasarkan cerita sebelumnya memang jalan di Desa Pulai Gading ini sudah dilalui kendaraan pengangkut batubara sejak tahun 2011 lalu. Karena saat itu belum ada jalan hauling batubara, maka jalan desa menjadi satu-satunya akses menuju dermaga tersebut.

“Jalan desa itu ada di Dusun III, Dusun II dan Dusun I. Dengan berjalannya waktu dan tingginya polusi udara dari debu angkutan batubara, akhirnya pada tahun 2017 perusahaan membuat jalan alternatif melalui jalan PT Bumi Persada Permai (BPP) melalui perusahaan yang mengelola jalannya PT Musi Mitra Jaya (MMJ) sebagai kontraktor perawatan jalan. Namun menggunakan akses milik HTI,” ujar dia, Selasa (3/10/2023).

Kendati sudah ada jalan hauling, kata Sulaiman, ada beberapa ratus meter menuju ke dermaga tersebut kembali melewati jalan desa, bukan jalan milik BPP dan HTI. Dari tahun ke tahun itulah, lingkungan di pinggir jalan yang padat, termasuk Kantor Desa Pulai Gading terdampak terkena polusi debu sangat tinggi.

“Sekarang ada dua pasien yang terindikasi ISPA, dua-duanya bekerja sebagai security dan satu lagi sebagai operator, yang sekarang masih dalam tahapan perawatan bidan di desa ini,” ungkap dia.

Joni melanjutkan, terkait polusi debu di desa mereka itu, baru-baru ini memang sudah ada tindakan yang dilakukan pihak perusahaan seperti penyiraman jalan. Hanya saja tindakan tidak terlalu efektif. Karena, jalan itu satu hingga dua jam dilewati oleh truk batubara maka akan cepat kering. Sedangkan penyiraman jalan tersebut sehari hanya tiga kali, yakni pagi, siang dan sore.

“Bila dibiarkan dalam waku tiga hingga empat jam, jalan sudah kembali kering. Itu karena faktor panasnya cuaca dan ditambah lagi menurut petugas di bongkar terpal dermaga, mobil pengangkut batubara dalam satu hari atau 24 jam bisa mencapai sekitar 700 kendaraan. Sift pagi 350 kendaraan dan sift malam 350 kendaraan,” kata dia.

Kondisi Desa Pulai Gading ini baik musim kemarau maupun musim hujan, jelas Joni, selalu mendapat derita dari aktivitas angkutan batubara dari jalan hauling PT MMJ ini. kalau kemarau seperti sekarang, dari jalan PT MMJ ini debu dari jalan yang tersapu kendaraan besar tersebut sangat tinggi.

Kebun kelapa sawit milik warga, begitupun pemukiman warga menjadi sasaran akhir dari polusi debu tersebut. Belum lagi debu dari batubara itu sendiri yang berada di dermaga. Saat masuk musim hujan, debu-debu yang ada di jalan dan debu dari batubara sendiri menempel hingga menjadi lumpur.

“Nah radius terbangnya debu ini ke wilayah masyarakat ini bisa mencapai 3 kilometer atau hingga ke ujung dusun. Kondisi ini karena dua hal, pertama debu dari jalan hauling ini naik, kemudian dari konveyor saat pengisian batubara dari dermaga ke dalam tongkang, maka saat itulah ketika batubara belum ada muatan itu tinggi hingga debunya beterbangan terkena angin,” jelas dia.

Kondisi itu, terang Joni, berdampak ke masyarakat yang berdiam di pinggiran sungai dan keberadaan konveyor di dermaga itu sudah lama. Kalau musim debu, malah tidak bisa kelihatan, karena mobil angkutan batubara itukan konvoi jarak dua hingga lima meter.

“Warga yang terdampak dari aktivitas angkutan batubara dan dermaga di Pulai Gading ini ada dua dusun yakni Dusun III ada sekitar 50 KK (bukan pemukiman, namun berada di jalur hauling) dan Dusun I ada 202 KK, karena memang wilayah pemukiman,” terang dia.

Selain debu dari jalan hauling dan debu batubara, warga juga harus menerima tercemarnya aliran Sungai Lalan yang tercemar batubara dari dermaga tersebut. Karena posisi konveyor saat mengisi tongkang itukan tidak selalu tepat.

“Ada yang jatuh ke bawah tongkang. Kalau mau telusuri atau menyelam ke bawah tongkang tersebut, maka akan banyak batubara itu pasti. Hanya kan tidak bisa dilihat secara fisik atau sekaligus airnya berubah jadi hitam. Karena Sungai Lalan ini Sungai besar yang lebarnya mencapai 200 meter. Namun kalau diperhatikan, pencemaran batubara yang ada di sungai itu seperti tumpahan minyak mentah,” tegas dia.

Joni menyebut memang ada upaya lain yang dilakukan perusahaan dengan apa yang telah dialami warga Desa Pulai Gading ini. Baru-baru ini atau dua pekan lalu dilakukan pengecekan Kesehatan. Itu juga karena sudah beberapa kali pihak desa negosiasi dan rapat dengan pihak perusahaan dan minta di fasilitasi untuk Kesehatan di kantor desa.

“jadi masyarakat diberi kesempatan untuk mengecek Kesehatan. Hasilnya saat ini belum keluar,” tandas dia.

 

Jejak Aktivitas Batubara di Desa Pulai Gading:

1.Aktivitas Dermaga dan Stockflie Batubara di Desa Pulai Gading sejak 2011.

2.Sempat gunakan jalan desa dan jalan masyarakat, izin PT HTI dan pengelola PT MMJ.

3.Sejak 2017 gunakan jalan BPP namun tetap dikelola PT MMJ.

4.Dari 2011 hingga saat ini masih gunakan jalan Desa Pulai Gading sekitar 200 meter untuk jalan batubara tersebut.

5.Selama penggunakan jalan desa tak pernah bayar royalti sebagai pendapatan desa.

6.Namun PT MMJ selalu membayar royalti atas pemakanan jalan BPP.

7.Sejak beberapa tahun terakhir, ratusan warga Desa Pulai Gading terdampak debu batubara dan debu jalanan batubara.

8.Belum ada perhatian dari PT SBL atau PT MMJ atas keluhan masyarakat terdampak aktivitas batubara.

Editor : Sidratul Muntaha

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut