LONDON, iNewspalembang.id – Dampak Rusia menghentikan aliran gas melalui pipa utama Nord Stream 1 ke kawasan Eropa, membuat perdagangan pasar keuangan di benua biru itu terguncang pada Senin (5/9/2022) kemarin.
Atas penghentian aliras gas itu, juga memicu harga gas eropa melonjak hingga 400 persen dibandingkan tahun lalu. Kemudian bursa saham eropa ditutup terkoreksi, menyusul berita bahwa Gazprom milik Rusia akan menghentikan pasokan gas ke Eropa melalui pipa Nord Stream 1 yang melintasi Jerman.
Stoxx 600 turun 0,62 persen, DAX Jerman turun 2,22 persen. Sementara Euro Stoxx 50 berjangka terkoreksi 3,0 persen dan FTSE berjangka turun 1,1 persen pada perdagangan hari ini.
Dilansir dari Reuters, mata uang euro merosot hingga di bawah 1 dolar AS. Euro turun 0,3 persen menjadi 0,9918 dolar AS mendekati level terendahnya dalam 20 tahun terakhir di 0,9905 dolar AS.
Lalu harga acuan gas naik sebanyak 35 persen dan itu mengancam kelangsungan perusahaan listrik dan membawa sektor industri negara-negara eropa dalam kondisi siaga. Bahkan rumah tangga di eropa terancam krisis pasokan gas dan lonjakan tagihan listrik.
Pipa Nord Stream 1, yang mengalir di bawah Laut Baltik ke Jerman, secara historis memasok sekitar sepertiga dari gas yang diekspor Rusia ke Eropa, meskipun sudah beroperasi hanya dengan 20 persen dari kapasitas sebelum penghentian pemeliharaan minggu lalu.
"Masalah dengan pasokan gas muncul karena sanksi yang dikenakan pada negara kami oleh negara-negara Barat, termasuk Jerman dan Inggris. Tidak ada alasan lain yang menyebabkan masalah dengan pasokan," ungkap juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, Senin (5/9/2022).
Menanggapi pengumuman Gazprom, Pemerintah Uni Eropa (UE) mendorong paket multi-miliar euro untuk mencegah utilitas tertekuk di bawah tekanan likuiditas dan untuk melindungi rumah tangga dari tagihan energi yang melonjak.
Banyak distributor listrik Eropa telah runtuh dan terancam batasan kenaikan harga yang dapat mereka terapkan kepada konsumen, seiring kenaikan harga gas yang sudah mencapai 400 persen dibandingkan tahun lalu.
Finlandia bertujuan untuk menawarkan 10 miliar euro (10 miliar dolar AS) dan Swedia 250 miliar krona Swedia (23 miliar dolar AS) dalam jaminan likuiditas kepada perusahaan listrik mereka.
"Program pemerintah adalah opsi pembiayaan terakhir bagi perusahaan yang terancam bangkrut," kata Perdana Menteri Finlandia, Sanna Marin.
Editor : Sidratul Muntaha