JAKARTA, iNewspalembang.id – Bagi anak-anak dan remaja era 90-an, mungkin sangat mengenal dengan produk permen Kino atau Kino Candy, produksi PT Kino Indonesia Tbk (KINO).
Nah ternyata, pendiri dari perusahaan tersebut, Harry Sanusi, punya kisah menarik yang perlu diulas. Karena, cara Harry meraih kesuksesan tersebut didapatnya dengan cara yang tidak mudah.
Harry kecil yang saat itu masih berusia 10 tahun, sudah harus membantu usaha orang tuanya. Harry sudah terjun ke dunia bisnis untuk menjual produk kebutuhan sehari-hari, mulai dari makanan, minuman hingga obat-obatan.
Seiring perjalanan dari masa SMP hingga kuliah dan menamatkan pendidikannya di Farmasi Universitas Pancasila, Harry justru memulai bisnisnya secara otodidak.
Seperti pada 1991, Harry mendirikan perusahaan distribusi skala kecil bernama PT Dutalestasri Sentratama. Awalnya karyawan Harry hanya ada 10 orang. Bahkan, dia sempat merangkap menjadi sopir, salesman, helper hingga kolektor karena sedikitnya pekerja.
Kemudian pada 1997, dia mendirikan PT Kino Sentra Industrindo (KSI), yang fokus pada makanan ringan seperti permen, snack, cokelat dan minuman berperisa dalam bentuk serbuk.
Harry membangun pabrik permen bermerek Kino di Semarang, Jawa Tengah. Produk pertama yang diluncurkan KSI adalah Kino Candy.
Dia menciptakan permen lunak atau soft candy yang proses pembuatannya lebih sulit dari permen biasa. Melihat permen lunak yang hanya memiliki rasa buah, dia memutuskan untuk membuat permen lunak dengan rasa yang berbeda, yakni rasa kopi.
Melihat keberhasilan pencapaian sebelumnya, pada 1999, perseroan mendirikan PT Kinocare Era Kosmetindo sebagai produsen aneka produk perawatan tubuh untuk semua gender dan usia. Pada 2014, PT Kinocare Era Kosmetindo berganti nama menjadi PT Kino Indonesia.
Produk pertama yang diluncurkan adalah pembersih muka, vitamin rambut, sabun khusus daerah kewanitaan, dan parfum dalam bentuk gel serta pasta gigi herbal.
Pada 2003, Harry memperluas segmen usaha melalui diversifikasi produk pada segmen perawatan bayi dan rumah tangga. Kemudian, mengembangkan ke bisnis minuman.
Bahkan, perusahaan bekerja sama dengan salah satu perusahaan minuman terbesar di Thailand, dengan mendirikan PT Kino Malee Indonesia dan Malee Kino (Thailand) Co Ltd yang beroperasi pada 2019.
Tak hanya itu, Harry juga mengembangkan produk jamu. Selain itu, juga memproduksi produk obat batuk herbal, balsam, obat sakit kepala, dan obat kurap.
Selama hampir tiga dekade, Kino telah bertransformasi menjadi perusahaan yang mapan dan terkemuka. Selain bersaing di dalam negeri, Kino juga melakukan ekspansi ke kawasan Asia dengan membuka kantor cabang di luar negeri, yaitu di Filipina, Malaysia, Vietnam, Kamboja, India, China, dan Jepang.
Hingga saat ini, Kino memiliki 33 merek yang terbagi dalam 25 kategori dengan lebih dari 600 SKU. Saat ini, Kino menjadi satu perusahaan dengan delapan grup perusahaan, lima pabrik, dan total lebih dari 4.000 karyawan.
Editor : Sidratul Muntaha