PALEMBANG, iNews.id – Masa Jabatan pasangan Bupati dan Wakil Bupati Musi Banyuasin (Muba), Dodi Reza-Hernedi periode 2017-2022, akan berakhir pada 23 Mei 2022 mendatang.
Bagi Beni Hernedi, ini merupakan jabatan Wakil Bupati yang kedua, setelah pada periode sebelumnya (2012-2017). Nah di luar dugaan, rentang 10 tahun perjalanan menjadi orang nomor dua di Bumi Serasan Sekate ini, Beni Hernedi juga dua kali menjadi Plt Bupati Muba.
Saat berpasangan dengan Almarhum Pahri Azhari, Beni diamanahkan sebagai Plt Bupati Muba, sesuai pasangannya tersandung kasus gratifikasi yang melibatkan Anggota DPRD Muba. Kemudian, pada periode kedua, Beni kembali menduduki kursi Plt Bupati, setelah Dodi Reza Alex, terkena Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK disisa masa jabatan delapan bulan lagi.
Lantas bagaimana seorang Beni Hernedi memandang semua dinamika jalan politiknya dari kedua pasangannya tersebut?.
Menurut Beni, jabatan Plt Bupati itu tambahan jabatan dan tentu ada kewenangan di dalamnya kepada seorang wakil bupati. Dia sendiri sudah ter-design 10 tahun sebagai wakil bupati. Jadi, ini betul-betul mempengaruhi, dimana seorang wakil yang membantu bupati, dengan kewenangan membantu bupati.
“Memiliki pengalaman dua kali sebagai Plt, ini serasa bupati atau sebuah kondisi yang masalah. Bisa terbayang, di tengah situasi kita mempimpin daerah, dengan kewenagann bupati saat kondisi yang dihadapi itu ada masalah di daerah, dan ini tidak enteng,” kata dia.
Beni menceritakan, bahwa ada OTT KPK dua kali, pertama mungkin bagaimana perasaan dan prilaku dirinya dalam pada posisi prihatin, jauh sama sekali dari rasa senang.
“Dalam kedaan musibah, partner dalam ada masalah dan saya menggantikan, itu campur aduk. Ujian saya ada pada agar daerah ini tidak semakin terpuruk, kalau misalnya kondisinya sedang tidak baik-baik saja,” kata dia.
“Jadi Plt itu tantangannya bagaimana kondisi kabupaten yang sedang dipimpin oleh saya, tidak tambah lebih buruk. Tentu harus melakukan bagaimana stabilitas pemerintahan, tentu melakukan perubahan,” sambung dia.
Karena tuntutan publik, jelas dia, dengan permasalahan seperti ini sangat besar. Ada yang demonstrasi, kalau ini kaitan dengan OTT tentang tata kelola pemerintahan, yang tentu banyak pihak untuk tampil menyuarakan kepedulian terhadap Muba.
“Saya selalu dan sering mengatakan bahwa saya tukang cuci piring. Seorang pencuci piring ya jangan memecahkan piring, atau jangan menambah masalah baru dari leadershipnya,” jelas dia.
Beni menegaskan, tidak mengatakan sepeninggal bupati pasanganya itu masalah semua, yang baik tetap dilanjutkan. Namun yang jadi masalah itu yang harus perbaiki.
“Konteks OTT di Muba tantangannya yang berhubungan dengan pemerintah eksekutif dan legislatif itu yang dulu. Kalau Plt sekarang sehubungan pengadaan barang dan jasa, proyek Pemkab melalui dinas-dinas diindikasi terjadi praktik suap dan segala macam, tantangan saya di Plt saat ini menyiapkan sistem yang lebih kuat dan memastikan perilaku itu tidak terulang lagi,” tegas dia.
Jadi, Beni secara terbuka mengacak semua OPD memastikan agar tidak tejadi lagi, dengan menegaskan tidak ada fee kepada bupati atau plt bupati. Nah tantangan tentu tidak cukup hanya dengan ngomong saya.
“Saya memulainya tentu dari saya, kalau leadership menunjukkan komitmen bukan basa basi, memberikan arahan, mengontrol OPD tentu melakukan komtimen yang sama,” tandas dia.
Editor : M. Rizal Effendi
Artikel Terkait