Menyibak Kisah Genghis Khan, Kaisar Mongol yang Terapkan Taktik Perang Brutal dan Bengis

Anton Suhartono
Kaisar Mongolia, Genghis Khan, yang memiliki karakter keras dan kejam dalam sejarah dunia. (iNewspalembang.id/ist)

JAKARTA, iNewspalembang.id – Punya karisma yang tinggi dan mengayomi rakyat, serta dikenal memiliki karakter yang keras dan kejam. Ini adalah sebagian dari yang ada dalam diri Genghis Khan.

Ya, pemilik nama asli Temujin yang lahir dari Klan Borigin pada 1162 ini, punya pengaruh besar, bukan hanya di Asia Timur dan Asia Selatan tapi secara juga Eropa bahkan Afrika.

Ketika berusia 22 tahun, pemimpin Mongolia yang memerintah hingga akhir hayatnya pada 1227 itu, didapuk menjadi Khan atau Kaisar di Kekaisaran Mongol. Kariernya dimulai sejak 1178 saat dia menikahi Borte. 

Kebersamaan Genghis Khan bersama Borte pada masanya ini dikaruniai empat putra dan beberapa putri yang jumlah pastinya tidak diketahui. Setelah itu, Temujin membuat aliansi dan membangun reputasinya sebagai seorang prajurit.

Seiring berjalannya waktu, Temujin memiliki banyak pengikut. Berbagai aktivitas dilakukannya hingga Temujin membangun Kekaisaran Mongolia yang ditakuti pada saat itu. 

Pada masa kekuasaannya, Genghis Khan memberikan kebebasan beragama kepada rakyatnya dan juga menghapus penyiksaan. Dia juga mendorong perdagangan di daerahnya dan menciptakan sistem pos internasional yang pertama. 

Meskipun terkenal sebagai sosok yang berkarisma dan mengayomi rakyat, Genghis juga terkenal dengan karakternya yang keras. Selama invasi, pasukan Genghis membantai banyak musuh. Invasi Mongol merupakan salah satu kekejaman yang paling menghancurkan dalam sejarah dunia.

Pada periode 1211 dan 1223, sebanyak 18,4 juta orang di China dan sekitarnya menjadi korban. Mereka juga dikenal memiliki taktik perang yang brutal dan bengis, memanfaatkan keburukan fisik dan bau busuk dari tubuh mereka karena tidak pernah mencuci pakaian dan mandi. 

Namun, dalam melaksanakan invasinya, mereka tidak pernah menghancurkan biara, masjid, dan gereja karena memegang toleransi.  Mongolia berkembang pesat saat dipimpin Genghis Khan. Kaisar ini berhasil menyatukan suku-suku nomaden di dataran tinggi Mongolia.

Selain itu, sebagian besar wilayah di Asia Tengah dan China berhasil ditaklukannya.  Pada saat Genghis Khan mundur kembali ke Mongolia, dia sempat memerintahkan dua jenderal terbaik Mongol, Jebe dan Subotai Baatur, menyelidiki daerah barat dan membasmi sisa musuh sampai ke wilayah Rusia.

Jebe dan Subotai pun menginjak daratan Eropa dan mengalami konfrontasi bahkan menghancurkan pasukan Salib yang hendak menyerang wilayah Arab.

Beberapa wilayah yang sempat dikuasai Mongol saat ini menjadi Korea modern, China, Rusia, Eropa Timur, Persia, Asia Tenggara, India, dan Timur Tengah. 

Di masa puncak kejayaan, bangsa Mongol berhasil menguasai wilayah seukuran Afrika atau antara 11 hingga 12 juta mil persegi. Kekuasaannya hampir tiga kali lebih besar dibandingkan Kekaisaran Romawi.  Genghis Khan mengakhiri kekuasaannya karena meninggal dunia.

Keluarga dan para pengikut diminta merahasiakan kematian Genghis Khan. Hal ini dikarenakan dia meninggal saat periode penting melawan Xia Barat. Penggantinya lalu memperluas penguasaan Mongolia sehingga menjadi kekaisaran terluas dalam sejarah manusia.

Dia merupakan kakek Kubilai Khan, pemerintah China bagi Dinasti Yuan. Kekuasaan Mongol diwariskan kepada putra ketiganya, Ogadai Khan.  Alasan Genghis Khan menunjuk putra ketiga untuk meneruskan takhta disebabkan keahlian yang dimiliki Ogadai Khan dalam bernegoisasi, memimpin negara, dan sifatnya yang tidak angkuh.



 

 

Editor : Sidratul Muntaha

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network