JAKARTA, iNewspalembang.id – Sebelum merebaknya era taksi online, operasional taksi Blue Bird lebih dahulu membanjiri seluruh ibu kota daerah di tanah air ini.
Hingga pada akhirnya taksi si Burung Biru ini harus berhadapan dengan persaingan harga yang lebih murah dari mereka. Meski demikian, operasional taksi Blue Bird ini tetap konsisten.
Nah kali ini, kita sedikit mengulas tentang sejarah dari Blue Bird, yang belum banyak diketahui masyarakat Indonesia.
Sejarah PT Blue Bird Tbk dimulai pada tahun 1965 saat istri Djokosoetono, Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono, beserta dua anaknya, Chandra Suharto dan Purnomo Prawiro, mulai mengoperasikan taksi tanpa argo dengan nama "Chandra Taxi".
Mutiara Siti Fatimah atau akrab disapa Ibu Djoko terlebih dahulu menjadi seorang dosen, penjual batik keliling dan pedagang telur asin sebelum memulai bisnis di industri transportasi.
Direktur Utama Blue Bird, Sigit Djokosoetono menjelaskan, tujuan pendirian Blue Bird adalah untuk menghasilkan uang. Sementara visinya, yaitu membangun kendaraan yang menghasilkan uang untuk makan.
"Blue Bird didirikan oleh wanita yang memang berusaha menghidupi keluarganya dengan tujuan misinya menjadi pilar utama untuk menghasilkan uang.
Sebelum mendirikan Blue Bird, kegiatan yang dilakukanmenjadi guru di sekolah hukum, berjualan batik dan telur," ujar Direktur Utama Blue Bird, Sigit Djokosoetono.
Sigit menceritakan, dalam mendirikan Blue Bird Ibu Djoko terlebih dahulu mengutamakan sisi keamanan pelanggannya. Kemudian, setelahnya dari sisi kendaraan tersebut.
Adapun pada tahun 1972 Blue Bird resmi mengeluarkan 25 armada Blue Bird Holden Torana mengaspal di Jakarta. Blue Bird menjadi taksi pertama yang menggunakan sistem tarif berdasarkan argometer.
Seiring waktu, pada tahun 2012, perusahaan melakukan restrukturisasi dengan membentuk 17 anak usaha untuk melakukan kegiatan bisnis secara langsung. Kemudian, pada 5 November 2014, perusahaan resmi melantai di Bursa Efek Indonesia.
Pada tahun 2014, Blue Bird mengklaim pihaknya telah melakukan pemesanan melalui online serta memunculkan layanan kursi difabel. Kemudian, di tahun 2019, Blue Bird merupakan katalis dalam penerapan armada listrik untuk layanan taksi.
Dimulai dengan peluncuran 25 unit BYD E6 A/T dan 4 unit Tesla Model X 75D sejak tahun 2019 di Jakarta, kini Perseroan telah memperluas implementasi armada listrik di wilayah lain di Indonesia.
Adapun hingga kini jumlah armada mobil yang dimiliki oleh Blue Bird mencapai 25.000 unit, sementara untuk armada mobil listriknya baru mencapai 60 unit, 30 unit untuk taksi dan 30 unit untuk rental.
Saat ini, ada 4 model mobil listrik Blue Bird, yaitu Tesla X 75D untuk e-Silverbird, BYD E6 dan BYD T3 untuk e-Blue Bird serta Hyundai Ioniq dan Kona untuk kendaraan sewa jangka panjang Golden Bird.
Sementara, penyediaan tambahan armada total, ditargetkan bisa membeli kendaraan sebanyak 4.000 sampai 5.000 unit mobil. Hingga Juli ini baru sebanyak 800 unit kendaraan yang dibeli untuk tahun ini.
Editor : Sidratul Muntaha