PALEMBANG, iNews.id – Sejak dahulu masyarakat Palembang kerap menyebutnya dengan nama Jembatan Pusri. Letaknya begitu dengan titik nol Kota Palembang atau persis di samping Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin Jaya Wikramo.
Dipastikan Wong Kito yang sudah lama menetap di Kota Pempek ini, sangat mengenal kebedaraan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) tersebut. Karena JPO ini sudah berdiri era tahun 1980an.
Mengapa warga menyebut ‘Jembatan Pusri’? Karena dahulunya di dinding jembatan ini papan reklame dengan logo besar milik PT Pusri. Belum tahu apakah jembatan ini memang dibangun oleh PT Pusri atau penyebutan itu memang melekat lantaran reklame dari PT Pusri.
Nah mungkin tak banyak yang tahu, kalau kondisi JPO saat ini tak ubahnya menjadi tempat yang sangat menjijikan. Hingga warga yang ingin menyeberang ke arah Masjid Agung atau sebaliknya, lebih memilih mengurungkan niatnya, walau sudah menaiki tangga jembatan tersebut.
Kendati ada warga yang tetap melintas di atas jembatan tersebut, itu juga harus menutup hidung rapat-rapat. Bukan tanpa alasan, pasalnya diperlintasan JPO ini mengeluarkan aroma pesing yang menyengat.
Pada dinding-dinding pembatas jembatan terlihat sisa-sisa bekas orang membuang air kecil. Belum lagi saat berada di tengah jembatan, aroma kotoran manusia (tinja) begitu sangat menyeruak.
Joroknya kondisi jembatan ini sudah terlihat dari lantai jembatan, yang ditemui kaleng lem aibon, berserakannya kartu domino, bekas kardus dan kayu yang dibakar. Bahkan, masih ada anak-anak jalanan (anjal) yang menjadikan jembatan tersebut sebagai tempat favorit untuk beristirahat malam.
“Kok ada ya jembatan seperti ini yang letaknya berada di tengah kota. Padahal di wilayah ini, warga sangat membutuhkan jembatan ini untuk menyeberang. Ya orang kan kalau naik jembatan ini sudah capek, tapi setelah melihat kondisi jalan ini, kalau tidak pasti tidak biasa pasti sudah muntah,” ujar Yamin, warga KM 5, seusai melaksanakan Salat Iduladha 1443 Hijriah di Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin Jaya Wikramo, Minggu (10/7/2022).
Yamin menuturkan, usai Salat Id dia memang sengaja ingin melihat suasana Iduladha dari atas jembatan, sambil mengabadikan momen dengan mengambil foto-foto Jembatan Ampera, Masjid Agung dan Bundaran Air Mancur dari lokasi JPO Pusri. Naasnya, malah Yamin melihat semua hal diluar dugaannya ketika berada di atas JPU Pusri itu.
“Ketika saya naik dari arah Masjid Agung, kalau jembatannya masih layak walau tidak bagus. Tapi ketika saya berada di tengah badan jembatan aroma pesing sangat kental. Saya pikir pantas saja warga tak mau lagi memakai jembatan ini,” tutur dia.
Seharusnya, kata Yakin, jembatan atau JPO seperti ini lebih instagramable. Karena keberadaannya persis di pusat kota, yang berdampingan dengan icon Kota Palembang.
“Oh ya, bukan saja tentang kondisi jembatan penyebarangan ini. Saya lihat juga tadi jam besar di atas tiang Jembatan Ampera juga mati. Ini kan jelas-jelas icon Palembang. Mengapa jembatan di pusat kota malah bau amis dan jam yang pasti dilihat semua orang yang melintas Jembatan Ampera jarumnya mati,” keluh dia.
Semua yang dikeluhkan Yamin sebagai salah satu warga Palembang ini memang terihat dari sejumlah foto yang diabadikan palembang.inews.id sesuai Salat Id di Masjid Agung.
Editor : Sidratul Muntaha